Gambar : Ilustrasi Para Pejuang Masyarakat Adat Dan Aktivis Di Papua |
"".......Kami
mengorbangkan segalanya bagi rakyat, kami tak kenal itu malam,siang,hujan,panas
bahkan sekalipun maut. Kami berhadapan dan mengadvokasi langsung
persoalan yang dialami oleh masyarakat adat akan kerja kapitalis di atas negeri
kami. Keluargapun kami kami korbangkan. Mungkin kami sudah ditakdirkan dari
leluhur dan Tuhan Allah untuk, menunjuk kami menjaga hutan,sungai,laut,udara
dan tanah di Negeri kami, banyak orang dibumi ini namun beberapa orang yang
dipilih untuk menjaga negeri ini (Papua)....""
Kutipan diatas, saya kutip dari seorang Pejuang Hak Masyarakat Adat
Yerisiam Gua, yang menghabiskan waktu,tenaga,pikiran extra bahkan keluarganya
untuk mendampingi masyarakat Adat Yerisiam Gua yang terpecah-pecah oleh
investasi perkebunan kelapa sawit di Kampung Sima, Distrik Yaur,yang berhadapan
tepat dengan Taman Nasional Teluk Cenderawasih Kabupaten Nabire.
Itu bukan keluhan namun, itu tantangan tapi juga konsekwensi yang dihadapi
oleh seantero aktivis otodidak dan para pejuang hak-hak masyarakat adat
diPapua. Mereka menghabiskan hingga mengorbangkan segala yang dimilikinya hanya
untuk, bersama-sama dengan rakyat akar rumput melindungi hak-hak mereka dan hak
politik ditengah Negara yang tidak menjujung kebebasan berekspresi dan Hak
Asasi Manusia. Para aktivis otodidak dan para pejuang hak-hak masyarakat adat
diPapua, banyak mempunyai latar belakan yang serba kekurangan, mulai dari
disiplin ilmu hingga hal-hal yang dipakai didalam mengadvokasi segala persolan
yang dihadapinya secara spontan apalagi, persoalan itu membutuhkan penanganan
sedini mungkin, namun kondisi dan cinta Negeri (Papua) membuat mereka harus
memilih jalur tersebut.
Kendala yang sering dihadapi oleh para pejuang adalah; Tak mempunyai
bahan-bahan pendukung dalam melakukan sebuah advokasi sedini mungkin,tak
mempunyai sumber keungan dan kekurangan-kekurangan lainya. Salah satu kendala
juga yang dihadapi para Pejuang Hak Masyarakat dan Aktivis Otodidak yang sudah
berumah tangga adalah; mengorbangkan kebutuhan makan dan tanggung jawab kepada
keluarga akibat, mengorbangkan segalanya bagi sebuah perjuangan mulia sehingga,
tidak bisa mencari nafkah bagi keluarga karena desakan dan sebuah situasi yang
tak bisa dibiarkan, karena konsekwensinya kalau dibiarkan, menunggu 50 Tahun
lagi baru akan kembali...Hal keluarga inilah yang sering membuat banyak pejuang
tak dapat bertahan dan memilih jalur lain dan meninggalkan pekerjaan mulia yang
tak pernah diupah, tapi juga memilih berkompromi dengan lawan (Tapi Juga
Tergantung Idealismenya)...
Saran dan harapan, teman-teman yang mempunyai LSM dan lain sebagainya, coba
mendorong sebuah usaha yang bisa dikerjakan oleh para pejuang hak masyarakat
adat dan aktivis otodidak, sehingga dapat dikelola dan hasilnya bisa dipakai
guna kebutuhan advokasi tapi juga mencukupi kebutuhan keluarga mereka, agar
para pejuang tak terus berkurang hanya karena, himpitan kebutuhan mereka....
Tulisan singkat ini, berdasarkan kondisi yang saya alami,namun umumnya terjadi para
seluruh pejuang dan para seluruh aktivis otodidak di Papua disetiap kali
diskusi kami.
By.Papales
Tidak ada komentar:
Posting Komentar