Post views: counter

Minggu, 18 September 2016

Suka Duka Menjadi Pejuang Hak Masyarakat Adat Dan Aktivis Di Papua

Gambar : Ilustrasi Para Pejuang Masyarakat Adat Dan Aktivis Di Papua



"".......Kami mengorbangkan segalanya bagi rakyat, kami tak kenal itu malam,siang,hujan,panas  bahkan sekalipun maut. Kami berhadapan dan mengadvokasi langsung persoalan yang dialami oleh masyarakat adat akan kerja kapitalis di atas negeri kami. Keluargapun kami kami korbangkan. Mungkin kami sudah ditakdirkan dari leluhur dan Tuhan Allah untuk, menunjuk kami menjaga hutan,sungai,laut,udara dan tanah di Negeri kami, banyak orang dibumi ini namun beberapa orang yang dipilih untuk menjaga negeri ini (Papua)....""

Kutipan diatas, saya kutip dari seorang Pejuang Hak Masyarakat Adat Yerisiam Gua, yang menghabiskan waktu,tenaga,pikiran extra bahkan keluarganya untuk mendampingi masyarakat Adat Yerisiam Gua yang terpecah-pecah oleh investasi perkebunan kelapa sawit di Kampung Sima, Distrik Yaur,yang berhadapan tepat dengan Taman Nasional Teluk Cenderawasih Kabupaten Nabire.

Itu bukan keluhan namun, itu tantangan tapi juga konsekwensi yang dihadapi oleh seantero aktivis otodidak dan para pejuang hak-hak masyarakat adat diPapua. Mereka menghabiskan hingga mengorbangkan segala yang dimilikinya hanya untuk, bersama-sama dengan rakyat akar rumput melindungi hak-hak mereka dan hak politik ditengah Negara yang tidak menjujung kebebasan berekspresi dan Hak Asasi Manusia. Para aktivis otodidak dan para pejuang hak-hak masyarakat adat diPapua, banyak mempunyai latar belakan yang serba kekurangan, mulai dari disiplin ilmu hingga hal-hal yang dipakai didalam mengadvokasi segala persolan yang dihadapinya secara spontan apalagi, persoalan itu membutuhkan penanganan sedini mungkin, namun kondisi dan cinta Negeri (Papua) membuat mereka harus memilih jalur tersebut.

Kendala yang sering dihadapi oleh para pejuang adalah; Tak mempunyai bahan-bahan pendukung dalam melakukan sebuah advokasi sedini mungkin,tak mempunyai sumber keungan dan kekurangan-kekurangan lainya. Salah satu kendala juga yang dihadapi para Pejuang Hak Masyarakat dan Aktivis Otodidak yang sudah berumah tangga adalah; mengorbangkan kebutuhan makan dan tanggung jawab kepada keluarga akibat, mengorbangkan segalanya bagi sebuah perjuangan mulia sehingga, tidak bisa mencari nafkah bagi keluarga karena desakan dan sebuah situasi yang tak bisa dibiarkan, karena konsekwensinya kalau dibiarkan, menunggu 50 Tahun lagi baru akan kembali...Hal keluarga inilah yang sering membuat banyak pejuang tak dapat bertahan dan memilih jalur lain dan meninggalkan pekerjaan mulia yang tak pernah diupah, tapi juga memilih berkompromi dengan lawan (Tapi Juga Tergantung Idealismenya)...

Saran dan harapan, teman-teman yang mempunyai LSM dan lain sebagainya, coba mendorong sebuah usaha yang bisa dikerjakan oleh para pejuang hak masyarakat adat dan aktivis otodidak, sehingga dapat dikelola dan hasilnya bisa dipakai guna kebutuhan advokasi tapi juga mencukupi kebutuhan keluarga mereka, agar para pejuang tak terus berkurang hanya karena, himpitan kebutuhan mereka....

Tulisan singkat ini, berdasarkan kondisi yang saya alami,namun umumnya terjadi para seluruh pejuang dan para seluruh aktivis otodidak di Papua disetiap kali diskusi kami.


By.Papales

0 komentar :

Posting Komentar